Halaman

Permohonan Ratu Vaidehi



Waktu Ratu Vaidehi dikurung di dalam kamar oleh anak durhaka itu, ia sangat gelisah sehingga kesehatannya semakin menurun karena batinnya terganggu, akhirnya ia mengheningkan pikirannya dan ber-anjali menghadap Gunung Grdhrakuta menyembah kepada Sang Buddha seraya berkata:


“O, Lokanatha Yang Termulia.  Dahulu Sang Buddha selalu mengutus Arya Ananda datang ke istana untuk bertemu dan memberi hormat kepada kami. Sekarang saya sedang dalam keadaan sedih dan sulit memperoleh kesempatan untuk bertemu Sang Buddha, karena kedudukanMu yang demikian agung dan penting.


Sudilah Sang Buddha mengutus Mahamaudgalyayana dan Arya Ananda datang ke isatana bertemu dengan kami.


Setelah Ratu Vaidehi berkata demikian karena sangat sedih maka ia terus menyembah sambil menangis, Sang Buddha yang bersemayam di Vihara Gunung Grdhrakuta telah mengetahui segalanya, lalu Beliau mengutus Mahamaudgalyayana dan Arya Ananda datang ke istana dengan daya gaib “Riddhividhi” melintasi angkasa, kemudian Sang Buddha juga menghilangkan diri-Nya dari Gunung Grdhrakuta, lalu menampakkan diri di istana.


Tatkala Ratu Vaidehi selesai menyembah dan sewaktu mengangkat mukanya, tiba-tiba Sang Buddha Sakyamuni dengan sinar keemasan dari seluruh tubuh-Nya dan duduk di atas takhta teratai yang dihiasi ratusan mestika, tampak di dalam kamar itu, dan kamar Ratu itu lalu menjadi tempat yang lapang.


Demikian pula Mahamaudgalayayana berdiri di sebelah kiri-Nya dan Arya Ananda di sebelah kanan-Nya; Tampak pula Raja Sakra dan Raja Brahma beserta para Dewa pelindung datang dari berbagai surga, sedang menabur bunga mandarawa surga di angkasa untuk dipersembahkan kepada Sang Buddha.


Pada saat itu Ratu Vaidehi segera memutuskan semua kalung keruya yang terpasang di lehernya, lalu merebahkan dan menundukkan dirinya di lantai, mukanya menghadap Sang Buddha sambil menangis tersedu-sedu lalu berkata :


“O, Lokanatha Yang Termulia.  Kesalahan apa yang pernah saya buat pada masa silam sehingga turunan saya menjadi seorang anak durhaka ?


Dan, karena sebab apakah sehingga Sang Buddha mempunyai seorang saudara yang demikian jahat yaitu Devadata ? 


Katakanlah O, Lokanatha Yang Termulia. Di manakah terdapat suatu alam yang tiada kegelisahan dan kecemasan ?


Sungguh, saya tidak ingin tinggal di “Saha-loka” yang demikian kusut dan kotor, saya ingin lahir di dunia yang terbahagia.


Apalagi dunia yang dihuni manusia ini, telah diliputi bermacam-macam kekotoran dan penuh sesak dengan alam neraka, setan-setan lapar, binatang, dan sebagainya, semua itu termasuk kelompok jahat.


Saya mohon agar saya dapat terhindar dari suara jelek dan bising, dan tidak menjumpai orang bersifat jahat pada masa mendatang.


Sekarang saya menyembah Lokanatha dengan penuh hormat, saya merebahkan badanku di atas lantai serta bertobat atas segala kesalahanku sedalam-dalamnya.


O, Lokanatha Yang Termulia. Sang Surya yang tergemilang.  Mohon sudilah mengajari saya metode Vipasyana (mengamati dan merenung) tentang salah satu alam suci yang terbahagia dan indah.



Pada saat itu, Sang Buddha memancarkan sinar kehidupan berwarna keemasan dari tengah-tengah kening-Nya. Sinar yang sangat terang benderang itu memancar Alam Buddha yang banyaknya tak terhingga di 10 penjuru.


Kemudian sinar tersebut kembali lagi ke atas kepala Buddha lalu langsung menjelma menjadi sebuah takhta kencana yang maha besar, bagaikan Gunung Semeru dan mengkilat seperti kaca yang bersinar.


Saat itu segala Bumi Buddha yang demikian suci dan indah dari 10 penjuru dunia itu, satu persatu tampak di tengah-tengah takhta emas yang maha besar dan gemerlapan itu. Dan Bumi Buddha yang tampak di muka takhta emas itu beraneka macam :


Ada yang buminya terbuat dari 7 macam mestika bercahaya,

ada yang buminya hanya ditumbuhi bermacam-macam bunga padma,

ada yang buminya mirip Surga Isvara sangat megah dan indah,

ada yang buminya sepert kaca Kristal.




Semua Bumi Buddha dari 10 penjuru dunia dipertunjukkan kepada Ratu Vaidehi, agar dia dapat mengerti keadaan Alam Buddha yang demikian indah dan megah, supaya dia dapat memilih salah satu alam yang paling sesuai baginya.


Setelah itu Ratu Vaidehi berkata kepada Sang Buddha :

“O, Lokanatha Yang Termulia. Alam-alam dari para Buddha sungguh indah dan agung. Buminya bukan saja demikian bersih bahkan sinarnya pun demikian terang benderang. Tapi, alam yang paling sesuai dengan saya adalah Alam Sukhavati, Negeri Buddha Amitabha, saya bertekad lahir di alam itu. Dan saya mohon agar Sang Buddha sudi mengajari saya bagaimana merenung dan melaksanakan Dharma agar cita-citaku dapat terwujud.”



Kemudian Sang Buddha tersenyum serta memancarkan sinar kehidupan panca warna dari mulut-Nya, dan setiap pancaran sinar menembus tembok kamar langsung memancar ke ubun-ubun Raja Bimbisara.


Walaupun Raja Bimbisara masih ditahan di dalam kamar yang tertutup, tapi karena pikirannya tenang dan tidak kusut, maka penglihatannya tidak terhalang.


Ketika Raja melihat Sang Buddha datang ke istananya, lalu ia ber-anjali dengan kepala dan mukanya menyentuh lantai menghormati Sang Buddha. Karena itu, bodhicitta dan kebijaksanaan Raja Bimbisara tiba-tiba bertambah, sehingga ia memperoleh pahala Anagamina.


Pada saat itu juga, Sang Buddha mengerti bahwa Raja Bimbisara sudah memperoleh pahala Anagamina, lalu Beliau bersabda kepada Ratu Vaidehi :


“O, Ratu yang bijak. Tahukah kamu ? 


Alam Buddha Amitabha yang kamu bayangkan itu, jaraknya tidak jauh dari dunia ini. Maka kamu seyogyanya selalu merenung Buddha tersebut, kemudian terus mengamati dan ber-vipasyana dengan seksama terhadap Para Suci yang telah berhasil mengamalkan Dharma Agung di Alam Buddha tersebut.”