Enam Belas Metode Perenungan Menuju Sukhavati
(8)
Kemudian Sang Buddha bersabda kepada Arya Ananda dan Ratu Vaidehi :
“Jika si pemuja telah melihat padmasana (takhta padma maha besar) tersebut di atas, mereka harus langsung membayangkan Buddha, karena para Tathagata mempunyai Dharmakaya yang mudah menempati batin si pemuja, maka waktu merenungkan Buddha, pastilah dalam batinmu teah dilengkapi “Dvatrimsa Mahapurursalaksana” (32 tanda agung rupawan) serta “Asity anuvyanjana” (80 tanda bagus tambahan).
Jika hatimu terus merenungkan Buddha tanpa berhenti berarti batinmu telah menjadi Buddha.
Para Buddha berstatus “Samyaksambodhi” dan kebijaksanaan-Nya bagaikan samudera nan luas, segala kenyataan dapat diwujudkan dalam batin si pemuja.
Karenanya, kalian seyogyanya merenungkan Buddha terus menerus dengan hati yang tidak kusut dan segenap kekuatan batin, serta merenungkan terhadap gelar Buddha, yakni Tathagate, Arhate, Samyaksambuddha, dan sebagainya yang dimiliki para Buddha.”
* * *
Jika hatimu terus merenungkan Buddha tanpa berhenti berarti batinmu telah menjadi Buddha.
Para Buddha berstatus “Samyaksambodhi” dan kebijaksanaan-Nya bagaikan samudera nan luas, segala kenyataan dapat diwujudkan dalam batin si pemuja.
Karenanya, kalian seyogyanya merenungkan Buddha terus menerus dengan hati yang tidak kusut dan segenap kekuatan batin, serta merenungkan terhadap gelar Buddha, yakni Tathagate, Arhate, Samyaksambuddha, dan sebagainya yang dimiliki para Buddha.”
* * *
Sang Buddha melanjutkan :
“Juga, barangsiapa ingin melaksanakan perenungan Buddha Amitabha, mula-mula ia harus merenungkan sebuah area Buddha mestika yang seluruh badannya berwarna keemasan seperti emas “Jambunada”, dan duduk bersila di kolam 7 mestika di Alam Sukhavati.
Renungkanlah terus menerus sehingga dengan mata tertutup maupun terbuka, gambaran arca Buddha emas mestika itu tetap ada dalam ingatan kita.
Setelah gambaran tersebut terlihat, maka mata batinnya akan terbuka, sehingga segala keadaan yang demikian megah dan agung karena dihiasi 7 mestika di alam Sukhavati dapat dilihatnya dengan jelas,
yakni: Bumi mestika, kolam mestika, barisan pohon mestika maupun jaring-jaring mestika yang terbentang di langit ataupun tirai-tirai mestika yang indah, semuanya harus terlihat dengan nyata, seperti melihat garis-garis pada telapak tangan.
Jika semuanya itu telah kita lihat, kemudian kita merenungkan sekuntum bunga padma maha besar terletak di sebelah kiri Sang Buddha, bunga tersebut tidak berbeda dengan bunga padma yang Kuuraikan tadi.
Juga, kita merenungkan sekuntum bunga padma maha besar di sebelah kanan Sang Buddha, setelah itu, si pemuja harus merenungkan Bodhisattva Avalokitesvara duduk bersila di atas padmasana yang terletak di sebelah kiri dengan badan keemasan seperti Sang Buddha, kemudian Bodhisattva Mahasthamaprapta juga duduk bersila di atas padmasana di sebelah kanan Buddha Amitabha, badanNya tidak berbeda dengan Sang Avalokitesvara.
Jika perenungan tersebut telah terjadi, maka kita dapat melihat badan dari gambaran mestika Buddha Amitabha beserta kedua Bodhisattva memancarkan sinar dengan jelas, sinarNya keemasan dan memancar ke pohon mestika 7 baris.
“Juga, barangsiapa ingin melaksanakan perenungan Buddha Amitabha, mula-mula ia harus merenungkan sebuah area Buddha mestika yang seluruh badannya berwarna keemasan seperti emas “Jambunada”, dan duduk bersila di kolam 7 mestika di Alam Sukhavati.
Renungkanlah terus menerus sehingga dengan mata tertutup maupun terbuka, gambaran arca Buddha emas mestika itu tetap ada dalam ingatan kita.
Setelah gambaran tersebut terlihat, maka mata batinnya akan terbuka, sehingga segala keadaan yang demikian megah dan agung karena dihiasi 7 mestika di alam Sukhavati dapat dilihatnya dengan jelas,
yakni: Bumi mestika, kolam mestika, barisan pohon mestika maupun jaring-jaring mestika yang terbentang di langit ataupun tirai-tirai mestika yang indah, semuanya harus terlihat dengan nyata, seperti melihat garis-garis pada telapak tangan.
Jika semuanya itu telah kita lihat, kemudian kita merenungkan sekuntum bunga padma maha besar terletak di sebelah kiri Sang Buddha, bunga tersebut tidak berbeda dengan bunga padma yang Kuuraikan tadi.
Juga, kita merenungkan sekuntum bunga padma maha besar di sebelah kanan Sang Buddha, setelah itu, si pemuja harus merenungkan Bodhisattva Avalokitesvara duduk bersila di atas padmasana yang terletak di sebelah kiri dengan badan keemasan seperti Sang Buddha, kemudian Bodhisattva Mahasthamaprapta juga duduk bersila di atas padmasana di sebelah kanan Buddha Amitabha, badanNya tidak berbeda dengan Sang Avalokitesvara.
Jika perenungan tersebut telah terjadi, maka kita dapat melihat badan dari gambaran mestika Buddha Amitabha beserta kedua Bodhisattva memancarkan sinar dengan jelas, sinarNya keemasan dan memancar ke pohon mestika 7 baris.
Pada setiap pohon mestika terdapat 3 kuntum bunga teratai besar yang terletak di bawahnya dan terdapat seorang Buddha dan dua Bodhisattva duduk bersila di atas bunga teratai itu, sehingga seluruh bumi Sukhavati dipenuhi dengan bunga teratai serupa itu.
Jika perenungan tersebut di atas telah terjadi, pastilah si pemuja akan mendengar suara-suara merdu tentang Dharma Luhur, baik dari aliran air, dari pancaran sinar, dari pohon mestika, dari angsa hutan, dari bangau putih, dari belibis dan unggas-unggas lainnya maupun dari alat-alat musik surgawi, dan sebagainya.
Walaupun sedang ber-samadhi atau telah bangkit dari Samadhi, si pemuja akan tetap dapat mendengar Dharma Luhur tersebut.
Dan apapun yang didengar oleh si pemuja, waktu ia sedang ber-samadhi atau telah bangkit Samadhi, ia harus mengingat sedalam-dalamnya tanpa sedikitpun lenyap.
Semua yang kita bayangkan harus sesuai dengan Sutra yang Kuuraikan ini, bila berlainan maka perenungan yang kita lakukan disebut “Mithya-samjna” (khayalan ilusi), jika sama dengan Sutra ini disebut “telah melihat segala keadaan alam Sukhavati secara ringkas”.
Inilah yang disebut “Perenungan Gambaran” juga dinamakan vipasyana kedelapan.
Ketahuilah, barangsiapa telah melakukan vipasyana tersebut di atas, mereka dapat melenyapkan berjuta-juta koti kalpa kesalahan-kesalahan dari “Janmamarana”. Mereka pasti dapat memperoleh “Buddha-anusmrti-samadhi” yakni Samadhi tentang perenungan Buddha pada masa sekarang.
Jika perenungan tersebut di atas telah terjadi, pastilah si pemuja akan mendengar suara-suara merdu tentang Dharma Luhur, baik dari aliran air, dari pancaran sinar, dari pohon mestika, dari angsa hutan, dari bangau putih, dari belibis dan unggas-unggas lainnya maupun dari alat-alat musik surgawi, dan sebagainya.
Walaupun sedang ber-samadhi atau telah bangkit dari Samadhi, si pemuja akan tetap dapat mendengar Dharma Luhur tersebut.
Dan apapun yang didengar oleh si pemuja, waktu ia sedang ber-samadhi atau telah bangkit Samadhi, ia harus mengingat sedalam-dalamnya tanpa sedikitpun lenyap.
Semua yang kita bayangkan harus sesuai dengan Sutra yang Kuuraikan ini, bila berlainan maka perenungan yang kita lakukan disebut “Mithya-samjna” (khayalan ilusi), jika sama dengan Sutra ini disebut “telah melihat segala keadaan alam Sukhavati secara ringkas”.
Inilah yang disebut “Perenungan Gambaran” juga dinamakan vipasyana kedelapan.
Ketahuilah, barangsiapa telah melakukan vipasyana tersebut di atas, mereka dapat melenyapkan berjuta-juta koti kalpa kesalahan-kesalahan dari “Janmamarana”. Mereka pasti dapat memperoleh “Buddha-anusmrti-samadhi” yakni Samadhi tentang perenungan Buddha pada masa sekarang.