Halaman

Metode 4


Enam Belas Metode Perenungan Menuju Sukhavati

(4) 


Kemudian Sang Buddha memberitahukan kepada Arya Ananda dan Ratu Vaidehi :

“Jika vipasyana Bumi Buddha itu telah dicapai, maka ia harus melaksanakan vipasyana selanjutnya, yaitu merenungi pohon mestika, dan krtsna yang kita bayangkan yaitu 7 baris pohon yang sangat rapih dan tumbuh di bumi Sukhavati.


Setiap pohon dari setiap barisan harus tampak jelas, sehingga tidak sebatang pun yang tertinggal. Setiap pohon mestika tingginya 8000 yojana (1 yojana = 15 km) dan seluruh dahannya ditumbuhi daun-daun mestika dan bunga-bunga mestika yang semuanya terdiri dari 7 permata yakni : Suvarna (emas), Rupya (perak), Vaidurya (lazuardi), Sphantika (Kristal), Lohitamukta (mutiara merah), Asmagarbha (akik) dan Musaragalva (koral mengkilat), juga daun dan bunganya beraneka warna.


Yang berwarna: Vaidurya memancarkan sinar emas, Sphantika memancarkan sinar merah, Asmagarbha memancarkan sinar koral mengkilat, Musaragalva memancarkan sinar mutiara hijau.


Selain itu, bunga-bunga dan daun-daun itu juga dihiasi dengan karang bunga, ambar kuning dan mestika lainnya untuk memperindah pepohonan itu.


Dan setiap pohon mestika yang sangat tinggi itu dilindungi jaring-jaring halus yang mengkilat dan terbuat dari mestika ajaib sebanyak 7 lapis, semua terbentang di atas pohon mestika itu.


Di antara lapisan-lapisan jaringan mestika itu terdapat 500 koti istana mewah yang terbuat dari bunga-bunga aneh, sehingga semua bangunan tampak serupa dengan istana Raja Brahma di surga.


Banyak putra-putra Dewata bermain-main di dalam istana mewah itu, dan seluruh badannya tergantung 500 koti kalung keruya yang terbuat dari permata “Sakrabhilagnamani”. Sinar permata itu dapat menembus sampai 100 yojana jaraknya, terangnya seperti 100 koti bulan dan matahari yang bergabung menyatu, sangat terang sinar itu susah untuk menjelaskannya.


Dan setiap permata terdiri dari beberapa “mani mani” yang tergabung menyatu. Permata yang beraneka warna itu juga dapat memancarkan sinar terang.


Pohon-pohon mestika bukan hanya rapi batangnya saja, tapi daun-daun di dahan itu juga tiada yang tidak teratur satupun.


Di bawah daun rapi itu banyak bunga ajaib yang mekar, buah-buah yang bernama “sapta ratna” (7 permata) bergantungan disampingnya.


Semua daun rapi itu berdiameter 25 yojana, setiap daun mempunyai ribuan warna di permukaannya beserta ratusan gambar aneh. Gambar-gambar itu ada yang berupa seperti keruya dewata, seperti bunga aneka warna berwarna emas jambunada, seperti roda api yang sedang berputar pada daun-daun itu.


Bermacam-macam buah aneh bermunculan di sampingnya, bentuknya seperti “kundika” (botol permata surga) Raja Sakra Deva Indra di surga, dan kundika mestika terus memancarkan sinar terang dari dalamnya, kemudian sinar tersebut berubah menjadi panji-panji, bendera-bendera dan payung iram-iram mestika yang banyaknya tidak dapat diperkirakan.


Di bawah payung iram-iram mestika yang maha besar itu, tampak bermacam-macam Bumi Buddha serta dunia lain dari Trisahasra Mahasahasra Lokadhatu” atau berjuta-juta dunia yang disertai umat yang sedang mengadakan kebaktian agama di negerinya masing-masing, demikian pula keindahan dan kemegahan negeri Buddha dari 10 penjuru, semuanya dipertunjukkan di dalam layar payung besar itu”.




Sang Buddha melanjutkan lagi :

“Ketahuilah, walaupun pohon-pohon tersebut yang menjadi objek untuk vipasyana itu telah tampak, tapi kita masih perlu terus mengamatinya satu persatu dengan sangat teliti, baik batang pohon maupun dahannya, daun-daunnya, bunga dan buahnya sampai jelas sekali tergambar di bayangan kita, supaya tidak lenyap.


Inilah yang disebut “Perenungan Pohon” juga dinamakan vipasyana keempat”.