Enam Belas Metode Perenungan Menuju Sukhavati
(2)
Sang Buddha melanjutkan :
“Jika vipasyana pertama ini telah dicapai, teruskanlah vipasyana kedua.
Meditasi untuk vipasyana kedua adalah “Perenungan Air” yaitu krtsna pertama dipusatkan pada air, airnya yang jernih, bersih, dan permukaannya demikian luas.
Kesemuanya itu harus dibayangkan dengan jelas, supaya dapat meninggalkan kesan di dalam pikiran kita tanpa lenyap sekejap-pun.
Kemudian krtsna kedua pada es, yaitu air yang kita renungkan tadi membeku menjadi es. Es tersebut tampak sangat cerah, bening dan luas.
Setelah mencapai “Patibhaganimita” (gambaran) dari es, selanjutnya kita harus membayangkan dalam pikiran warna lapisan lazuardi, yaitu es yang telah diwujudkan menjadi “bumi lazuardi” seperti hablur yang maha besar dan luas.
“Bumi lazuardi” yang maha besar dan luas itu, baik di dalam maupun di luar ditembusi cahaya terus menerus.
(2)
Sang Buddha melanjutkan :
“Jika vipasyana pertama ini telah dicapai, teruskanlah vipasyana kedua.
Meditasi untuk vipasyana kedua adalah “Perenungan Air” yaitu krtsna pertama dipusatkan pada air, airnya yang jernih, bersih, dan permukaannya demikian luas.
Kesemuanya itu harus dibayangkan dengan jelas, supaya dapat meninggalkan kesan di dalam pikiran kita tanpa lenyap sekejap-pun.
Kemudian krtsna kedua pada es, yaitu air yang kita renungkan tadi membeku menjadi es. Es tersebut tampak sangat cerah, bening dan luas.
Setelah mencapai “Patibhaganimita” (gambaran) dari es, selanjutnya kita harus membayangkan dalam pikiran warna lapisan lazuardi, yaitu es yang telah diwujudkan menjadi “bumi lazuardi” seperti hablur yang maha besar dan luas.
“Bumi lazuardi” yang maha besar dan luas itu, baik di dalam maupun di luar ditembusi cahaya terus menerus.
Di dasar “bumi lazuardi” itu terdapat sebuah tiang dhvaja yang maha besar dan kokoh, terbuat dari vajra (intan) serta 7 macam mestika. Tiang dhvaja itu menopang “bumi lazuardi”.
Tiang mestika itu bersisi delapan dilengkapi dhvaja (panji-panji besar) emas dan diliputi ratusan ribu permata, tiap permata memancarkan seribu sinar, setiap sinar terdiri 84.000 warna dan sinar-sinar itu terus menyinari “bumi lazuardi” bagaikan ribuan juta matahari, sangat sulit bila kita hendak melihat keseluruhannya dengan jelas.
Tiang mestika itu bersisi delapan dilengkapi dhvaja (panji-panji besar) emas dan diliputi ratusan ribu permata, tiap permata memancarkan seribu sinar, setiap sinar terdiri 84.000 warna dan sinar-sinar itu terus menyinari “bumi lazuardi” bagaikan ribuan juta matahari, sangat sulit bila kita hendak melihat keseluruhannya dengan jelas.
Di atas “bumi lazuardi”, tiap jalan raya yang membujur maupun melintang di bagian pinggirnya dibentangi tali kencana keemasan. Dan setiap bagian dibatasi dengan 7 macam permata, tampak sangat rapi dan indah.
Setiap permata memancarkan 500 macam sinar dan sinarnya beraneka warna, sehingga tampak sebagai bunga indah yang sedang mekar, sebagai bintang-bintang berkelipan di langit, juga sebagai bulan purnama dan sebagainya, semuanya yaitu seperti tertempel di langit, yang kemudian menjadi sebuah takhta besar dan bercahaya.
Di sebelah kiri dan kanan takhta besar dan tinggi itu, terdapat ribuan menara yang sangat lebar, semua menara dihiasi berjuta-juta panji bunga serta alat-alat musik yang memegahkan alam lazuardi itu.
Setiap permata memancarkan 500 macam sinar dan sinarnya beraneka warna, sehingga tampak sebagai bunga indah yang sedang mekar, sebagai bintang-bintang berkelipan di langit, juga sebagai bulan purnama dan sebagainya, semuanya yaitu seperti tertempel di langit, yang kemudian menjadi sebuah takhta besar dan bercahaya.
Di sebelah kiri dan kanan takhta besar dan tinggi itu, terdapat ribuan menara yang sangat lebar, semua menara dihiasi berjuta-juta panji bunga serta alat-alat musik yang memegahkan alam lazuardi itu.
Kemudian datanglah 8 macam angin dari setiap sinar yang terpancar dan menggesekkan alat-alat musik yang menimbulkan suara, berbunyi tentang Dukkha (penderitaan), Sunya (ketidakadaan), Anitya (ketidak kekalan) dan Anatman (ketanpa akuan) dan sebagainya, bunyinya sangat merdu dan sedap didengar.
Inilah yang disebut “Perenungan Air” juga dinamakan “vipasyana kedua”.
Inilah yang disebut “Perenungan Air” juga dinamakan “vipasyana kedua”.