Enam Belas Metode Perenungan Menuju Sukhavati
(14)
Krtsna Perenungan Terlahir Tingkat Tinggi, Bagian Pertama
Barangsiapa bertekad lahir di alam Sukhavati dengan status bagian pertama pada tingkat tinggi, mereka harus membangkitkan dan memiliki “TriKusalacitta” (3 Pikiran Benar) :
• Pikiran yang tulus,
• Batin yang penuh keyakinan (tanpa mundur),
• Pikiran untuk “Parinamana” (penyaluran jasa-jasa).
Setelah memiliki “Tri Kusalacitta” tersebut, pasti ia dapat terlahir di alam suci tersebut.”
Sang Buddha melanjutkan :
“Ada juga 3 macam makhluk yang dapat dilahirkan di alam Sukhavati :
• Yang memiliki batin “Maitri-Karuna”, tidak membunuh, menjalankan segala sila dengan patuh,
• Yang tekun membaca dan mempelajari Dharma luhur (Sutra-Sutra “Jalan Agung”) yang dikhotbahkan Sang Buddha
• Yang mempraktekkan “Sad Anusmrtaya”. (Perenungan pada Buddha, Dharma, Sangha, Sila, Caga, Deva)
Yang telah menjalankan amal jasa tersebut selama 1 sampai 7 hari, setelah meninggal si pemuja yang tekun itu dapat dilahirkan di alam Sukhavati.
Karena sikap si pemuja terhadap Dharmanya demikian tekun dan tiada rasa takut sedikit pun, pada saat akan terlahir di alam Sukhavati, datanglah Buddha Amitabha, Bodhisattva Avalokitesvara dan Bodhisattva Mahasthamaprapta beserta Buddha “Nirmita” yang banyaknya tak terkira, juga disertai ratusan ribu Bhiksu, Sravaka-sangha dan para Dewa dengan istana-istana 7 mestika muncul di hadapan si pemuja.
Bodhisattva Avalokitesvara dan Bodhisattva Mahasthamaprapta membawa sebuah “Vajrasana” (takhta intan) mendekati si pemuja.
Kemudian seluruh badan Buddha Amitabha memancarkan sinar hidup yang sangat terang menyinari badan si pemuja, lalu Beliau menjulurkan Tangan-Nya beserta para Bodhisattva menyambut si pemuja naik ke atas takhta intan.
Kemudian Sang Avalokitesvara dan Sang Mahasthamaprapta dengan para Bodhisattva lain menghargai perilaku luhur si pemuja serta mendorong Bodhicitta si pemuja.
Si pemuja merasa sangat gembira melihat dirinya telah duduk di atas takhta intan, mengikuti Sang Buddha, dan hanya sekilas saja ia telah terlahir di alam Sukhavati.
Setelah ia lahir di negeri tersebut, ia berkesempatan melihat tanda-tanda bagus serta ciri-ciri sempurna dari seluruh “Rupakaya” (tubuh) Sang Buddha dan para Bodhisattva.
Dharma luhur yang dikumandangkan oleh sinar-sinar dan pohon-pohon mestika juga didengarnya. Setelah Dharma luhur didengarnya, ia lantas memahami “Anutpattika-dharma-ksanti” (kesadaran akan kepastian Dharma tanpa muncul dan musnah).
Sejak itu si pemuja mengunjungi negeri para Buddha di 10 penjuru, untuk mengadakan kebaktian dan langsung menerima “Vyakarana” (tahbisan kepastian untuk mencapai Kebuddhaan) di depan para Tathagata.
Setelah itu ia kembali ke negerinya dan ia telah mencapai ratusan ribu pintu “Dharani”.
Inilah yang disebut "Perenungan Terlahir Tingkat Tinggi, Bagian Pertama”.
* * *
Bodhisattva Avalokitesvara dan Bodhisattva Mahasthamaprapta membawa sebuah “Vajrasana” (takhta intan) mendekati si pemuja.
Kemudian seluruh badan Buddha Amitabha memancarkan sinar hidup yang sangat terang menyinari badan si pemuja, lalu Beliau menjulurkan Tangan-Nya beserta para Bodhisattva menyambut si pemuja naik ke atas takhta intan.
Kemudian Sang Avalokitesvara dan Sang Mahasthamaprapta dengan para Bodhisattva lain menghargai perilaku luhur si pemuja serta mendorong Bodhicitta si pemuja.
Si pemuja merasa sangat gembira melihat dirinya telah duduk di atas takhta intan, mengikuti Sang Buddha, dan hanya sekilas saja ia telah terlahir di alam Sukhavati.
Setelah ia lahir di negeri tersebut, ia berkesempatan melihat tanda-tanda bagus serta ciri-ciri sempurna dari seluruh “Rupakaya” (tubuh) Sang Buddha dan para Bodhisattva.
Dharma luhur yang dikumandangkan oleh sinar-sinar dan pohon-pohon mestika juga didengarnya. Setelah Dharma luhur didengarnya, ia lantas memahami “Anutpattika-dharma-ksanti” (kesadaran akan kepastian Dharma tanpa muncul dan musnah).
Sejak itu si pemuja mengunjungi negeri para Buddha di 10 penjuru, untuk mengadakan kebaktian dan langsung menerima “Vyakarana” (tahbisan kepastian untuk mencapai Kebuddhaan) di depan para Tathagata.
Setelah itu ia kembali ke negerinya dan ia telah mencapai ratusan ribu pintu “Dharani”.
Inilah yang disebut "Perenungan Terlahir Tingkat Tinggi, Bagian Pertama”.
* * *
Krtsna Perenungan Terlahir Tingkat Tinggi, Bagian Kedua
Si pemuja tidak perlu mengingat sutra-sutra, namun harus mengerti makna-maknanya, tidak meragukan “Paramartha” (kebenaran agung) dari Buddha Dharma, tidak mencela sutra-sutra “Kendaraan Agung” yang diajarkan Sang Buddha.
Dengan jasa-jasa tersebut si pemuja harus ber-parinamana agar dirinya dapat lahir di alam Sukhavati.
Jika si pemuja akan meninggal dunia, datanglah Buddha Amitabha beserta Sang Avalokitesvara dan Sang Mahasthamaprapta beserta para Sravaka Sangha dan para pengikutnya, mengelilingi di sisi pemuja.
Sang Buddha membawa sebuah “Suvarnasana” (takhta emas) di depan si pemuja seraya berkata :
“O, Dharmaputra yang Kuhargai. Kamu telah menghayati ajaran-ajaran “Kendaraan Agung”, memahami makna-makna “Paramartha” para Buddha yang lampau. Karenanya Aku datang menyambutmu.”
Dengan jasa-jasa tersebut si pemuja harus ber-parinamana agar dirinya dapat lahir di alam Sukhavati.
Jika si pemuja akan meninggal dunia, datanglah Buddha Amitabha beserta Sang Avalokitesvara dan Sang Mahasthamaprapta beserta para Sravaka Sangha dan para pengikutnya, mengelilingi di sisi pemuja.
Sang Buddha membawa sebuah “Suvarnasana” (takhta emas) di depan si pemuja seraya berkata :
“O, Dharmaputra yang Kuhargai. Kamu telah menghayati ajaran-ajaran “Kendaraan Agung”, memahami makna-makna “Paramartha” para Buddha yang lampau. Karenanya Aku datang menyambutmu.”
Kemudian Buddha Amitabha beserta ribuan “Nirmita” Buddha menjulurkan tangan-Nya untuk menyambutnya. Ketika si pemuja merasa dirinya duduk bersila di atas takhta emas, ia lalu merangkapkan kedua tangannya seraya memuji para Buddha “Maha Maitri Karuna”. Dengan hanya sekilas pikiran, dirinya telah lahir di kolam 7 mestika di alam tersebut.
Ketahuilah, bentuk takhta emas itu seperti ada sekuntum bunga padma mestika yang maha besar di atasnya, hanya selang semalam saja bunga tersebut telah mekar, seluruh badan si pemuja menjadi berwarna keemasan dan banyak bunga teratai dari 7 mestika memenuhi kedua kakinya.
Sang Buddha beserta para Bodhisattva memancarkan sinar hidup dari tengah kening-Nya menyinari badan pemuja, karena cahaya itu sangat terang benderang, si pemuja lalu membuka kedua matanya dan merasa seperti mendapat “mata dewata”, sehingga penglihatannya sungguh terang.
Ketahuilah, bentuk takhta emas itu seperti ada sekuntum bunga padma mestika yang maha besar di atasnya, hanya selang semalam saja bunga tersebut telah mekar, seluruh badan si pemuja menjadi berwarna keemasan dan banyak bunga teratai dari 7 mestika memenuhi kedua kakinya.
Sang Buddha beserta para Bodhisattva memancarkan sinar hidup dari tengah kening-Nya menyinari badan pemuja, karena cahaya itu sangat terang benderang, si pemuja lalu membuka kedua matanya dan merasa seperti mendapat “mata dewata”, sehingga penglihatannya sungguh terang.
Juga, karena ia pernah menjalankan berbagai sila dan menghayati Buddha Dharma, pernah mendengar ajaran “Kendaraan Agung” yang diajarkan para Buddha masa lampau, maka sekarang ia dapat menyerap berbagai suara mestika yang khusus mengumandangkan makna-makna “Paramartha” terluhur.
Waktu si pemuja turun dari takhta emas itu, ia merangkapkan lagi kedua tangannya dan ber-anjali menyembah Buddha Amitabha serta menyanjung jasa-jasa Beliau dengan batin gembira.
Kemudian setelah 7 hari, si pemuja mencapai “Avinivartani” (tetap sukses, tanpa mundur) dalam mencapai “Anuttara Samyak Sambodhi”.
Ia juga mempunyai “Rddhividhi jnana” (kesaktian gaib) sehingga dapat terbang mengunjungi para Buddha mempraktekkan berbagai Samadhi, setelah satu kalpa kecil ia akan mencapai “Anutpattika Dharma ksanti” serta mendapat “Vyakarana” oleh para Buddha di negeri-Nya masing-masing.
Inilah yang disebut Perenungan Terlahir Tingkat Tinggi, Bagian Kedua.
* * *
Waktu si pemuja turun dari takhta emas itu, ia merangkapkan lagi kedua tangannya dan ber-anjali menyembah Buddha Amitabha serta menyanjung jasa-jasa Beliau dengan batin gembira.
Kemudian setelah 7 hari, si pemuja mencapai “Avinivartani” (tetap sukses, tanpa mundur) dalam mencapai “Anuttara Samyak Sambodhi”.
Ia juga mempunyai “Rddhividhi jnana” (kesaktian gaib) sehingga dapat terbang mengunjungi para Buddha mempraktekkan berbagai Samadhi, setelah satu kalpa kecil ia akan mencapai “Anutpattika Dharma ksanti” serta mendapat “Vyakarana” oleh para Buddha di negeri-Nya masing-masing.
Inilah yang disebut Perenungan Terlahir Tingkat Tinggi, Bagian Kedua.
* * *
Krtsna Perenungan Terlahir Tingkat Tinggi, Bagian Ketiga
Si pemuja harus percaya hukum karma dan menghayati Dharma, tidak mencela ajaran “Kendaraan Agung” yang diajarkan Sang Buddha, selalu membangkitkan “Bodhicitta” (batin pencerahan), kemudian ber-parinamana jasa-jasanya kepada para makhluk agar membebaskan diri dan lahir di alam Sukhavati.
Jika si pemuja akan meninggal dunia tampaklah Buddha Amitabha beserta Sang Avalokitesvara dan Mahasthamaprapta beserta para Bodhisattva, membawa sekuntum bunga padma keemasan yang maha besar datang ke depannya.
Buddha Amitabha menjelmakan 500 “Nirmita” Buddha untuk menyambut si pemuja. Ke 500 “Nirmita” Buddha bersama-sama menjulurkan tangan-Nya seraya berkata :
“O, Dharmaputra yang Kami hargai. Sekarang Kamu telah suci dan mengembangkan “Bodhicitta”, pantaslah Kami datang menyambutmu.”
Setelah si pemuja merasa dirinya duduk di atas bunga padma keemasan dan ditutupi kelopak dan mahkota bunga yang lembut dan harum, ia mengikuti Buddha Amitabha dan rombongan-Nya lalu dilahirkan di kolam 7 mestika di negeri-Nya.
Setelah sehari saja, bunga padma keemasan mekar dan setelah 7 hari kemudian ia akan melihat Sang Buddha, namun segala tanda-tanda sempurna dan ciri-ciri keindahan dari seluruh badan Sang Buddha belum jelas dilihatnya, sehingga batinnya belum terang.
Barulah setelah 21 hari akan kelihatan dengan jelas. Ia juga dapat menyerap berbagai suara yang sedang mengumandangkan Dharma luhur, ia juga dapat mengunjungi berbagai alam suci untuk berbakti kepada para Buddha dan mendengarkan Dharma yang mendalam di depan para Buddha di negeri-Nya masing-masing.
Setelah 3 kalpa kecil lamanya, si pemuja akan mencapai “Satadharma vidya mukha” dan berada pada “Pramudita Bhumi” (Bodhisattva tahap pertama).
Sang Buddha menjelaskan lagi : “Ketahuilah, status si pemuja ini disebut Terlahir Tingkat Tinggi, Bagian Ketiga”.
Jika si pemuja akan meninggal dunia tampaklah Buddha Amitabha beserta Sang Avalokitesvara dan Mahasthamaprapta beserta para Bodhisattva, membawa sekuntum bunga padma keemasan yang maha besar datang ke depannya.
Buddha Amitabha menjelmakan 500 “Nirmita” Buddha untuk menyambut si pemuja. Ke 500 “Nirmita” Buddha bersama-sama menjulurkan tangan-Nya seraya berkata :
“O, Dharmaputra yang Kami hargai. Sekarang Kamu telah suci dan mengembangkan “Bodhicitta”, pantaslah Kami datang menyambutmu.”
Setelah si pemuja merasa dirinya duduk di atas bunga padma keemasan dan ditutupi kelopak dan mahkota bunga yang lembut dan harum, ia mengikuti Buddha Amitabha dan rombongan-Nya lalu dilahirkan di kolam 7 mestika di negeri-Nya.
Setelah sehari saja, bunga padma keemasan mekar dan setelah 7 hari kemudian ia akan melihat Sang Buddha, namun segala tanda-tanda sempurna dan ciri-ciri keindahan dari seluruh badan Sang Buddha belum jelas dilihatnya, sehingga batinnya belum terang.
Barulah setelah 21 hari akan kelihatan dengan jelas. Ia juga dapat menyerap berbagai suara yang sedang mengumandangkan Dharma luhur, ia juga dapat mengunjungi berbagai alam suci untuk berbakti kepada para Buddha dan mendengarkan Dharma yang mendalam di depan para Buddha di negeri-Nya masing-masing.
Setelah 3 kalpa kecil lamanya, si pemuja akan mencapai “Satadharma vidya mukha” dan berada pada “Pramudita Bhumi” (Bodhisattva tahap pertama).
Sang Buddha menjelaskan lagi : “Ketahuilah, status si pemuja ini disebut Terlahir Tingkat Tinggi, Bagian Ketiga”.
Perenungan dari bagian pertama sampai tingkat ketiga ini termasuk “Tingkat Tinggi”, juga dinamakan vipasyana keempatbelas.